Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2017

Malu, Kemaluan, Kemakluman

Orang selalu berubah. Berubah secara fisik dan mental. Orang mati pun berubah, apa pun perlakuan terhadap jasadnya. Dikremasi jadi abu. Dikbubur, maka jasad akan didekomposisi oleh bakteri-bakteri tanah. Tetapi perubahan seperti apa yang membuat kita jengkel? Bagi saya yang menjengkelkan adalah perubahan sikap dan pandangan seseorang dari sesuatu yang terlihat baik menjadi hal yang tidak baik, dengan mengabaikan kepantasan, rasa malu, kemudian berharap khalayak memakluminya.

Kemalasan, Kebodohan, Kenafsuan, Kebencian

Saya merasa nyaman menggunakan awalan ke- dan akhiran –an pada empat kata yang mewarnai Indonesia Raya mutakhir, sebagai suatu keadaan yang dirancang dengan cermat untuk merebut legitimasi mengendalikan negeri pulau-pulau ini melalui penguasaan model mentalitas warganya yang malas berpikir dan bodoh, sehingga mudah ditumbuhkan nafsu dan rasa bencinya. Ini adalah pembalikan sederhana strategi pemasaran industri moderen, dari menginginkan sesuatu menjadi alergi atau bahkan phobia terhadap sesuatu. Strategi yang sengaja dipilih karena tidak ada sesuatu yang ditawarkan kecuali menimbulkan kebencian dan phobia terhadap pihak yang diciptakan sebagai musuh dan lawan bersama.

Perangkap Raksasa: Kekuasaan

Ribuan orang menangis di muka penjara: Mengapa dia dipenjara, sementara bajingan-bajingan lain yang sudah membangkrutkan Rakyat dan ruang hidupnya dibiarkan meraja-lela? Argumen agama pun digunakan. Argumen yang sejak dulu menjadi identitas politik elit-elit digunakan untuk beragam tujuan dan kepentingan, dari yang baik hingga yang busuk. Argumen agama digunakan secara bertingkat: Mulai dari penghinaan agama, solidaritas umat agama, hingga argumen rasis yang diselipkan secara pintar hingga orang Indonesia yang malas berpikir pun terbuai dan ikut bergabung dalam rombongan penghujatan. Dan itu semua sesungguhnya hanya bicara tentang satu hal: Siapa lebih berhak berkuasa…